Jalan-Jalan ke Dufan


Akhirnya, gue dapat juga niat untuk nulis. Iya, terkadang gue males banget untuk meng-update tulisan di blog. Padahal niat untuk nulis udah ada, tapi pas ngebuka laptop, niat itu pun segera berubah menjadi hasrat bermain game. Dari kejadian itu pun gue mendapatkan hikmah: manusia hanya bisa berencana, Tuhan-lah yang berkehendak.

Oke, udah dulu basa-basinya. Kali ini gue bakal nge-post mengenai trip gue bersama teman-teman kampus ke Dufan (Dunia Fantasi) yang ada di daerah Ancol, Jakarta Utara, sekitar seminggu yang lalu, tepatnya tanggal 28 Februari 2013.

Btw, gue udah lama banget gak berkunjung ke Dufan, terakhir kali gue ke sana ketika masih SD. Jadi gak heran pas kemarin ke sana, udah banyak perubahan. Sebenarnya alasan gue udah lama gak ke Dufan cukup masuk akal, yaitu gue males berlibur ke tempat yang membutuhkan waktu lama untuk ke sana. Kalian tahu sendiri kan Dufan letaknya di mana? Di ujung Jakarta, tepatnya dekat laut, sedangkan rumah gue berada di ujung Kabupaten Tangerang. Jadi kalau mau ke sana, gue harus menghabiskan waktu berjam-jam.

Sebenarnya rencana untuk pergi ke Dufan udah terpikirkan dari awal Februari lalu, tapi karena belum ada kecocokan antara waktu dan kemauan bersama, maka jadilah di akhir Februari rencana itu dilaksanakan.

Pagi itu gue berangkat ke Dufan bersama teman-teman menaikki Transjakarta. Akhirnya setelah cukup lama menempuh perjalanan yang cukup membuat hati ini terasa lelah karena gak adanya kepastian yang jelas, kami pun sampai di halte Ancol. Kami langsung bergegas masuk ke dalam area Dufan dan mencoba menaikki wahana yang ada di sana. Oke, bakal gue bahas satu-satu mengenai wahana yang kemarin sempat gue coba bersama teman-teman.

1. Hysteria

Ini merupakan wahana pertama yang kami naikki pada saat baru sampai di sana. Di Hysteria, kita bakal diajak untuk menikmati ketinggian puluhan meter dengan cara ditembak ke atas kemudian dihempaskan ke bawah secara cepat, pokoknya yang punya penyakit jantung jangan pernah coba-coba deh. Gue juga gak tahu kenapa salah satu teman gue bilang kalau wahana ini adalah wahana "pemanasan" untuk kami yang baru datang. Padahal saat itu gue pikir kalau sebenarnya yang dimaksud dengan wahana "pemanasan" adalah menaikki Komedi Putar, bukan Hysteria. Dan karena semuanya pada setuju, kami pun segera mengantri.


Mereka belum tahu apa yang akan terjadi sesaat lagi.

Awannya bagus ya..

Ketika sedang mengantri, gue melihat ke arah orang-orang yang sebentar lagi bakal diluncurkan ke atas oleh Hysteria. Kebanyakan dari mereka memasang ekspresi wajah canggung. Gue juga gak tahu, mereka memasang ekspresi canggung karena takut naik Hysteria atau canggung karena mereka menyesal jadi sok berani. Ah, itu hanya mereka dan Tuhan yang tahu. Yang pasti ketika giliran gue tiba, jantung gue jadi berdetak lebih kencang (alias deg-degan) seperti tiba-tiba diajak balikan sama mantan. Karena udah terlanjur masuk, akhirnya gue pun naik. Gue memasang sabuk pengaman dan berharap wahana ini gak bakal ngebuat gue kencing di celana. Kemudian, sensasi itu pun dimulai. Gue merasa badan gue diajak meluncur ke atas secara cepat dan dihempaskan ke bawah secara cepat juga. Bisa dibilang rasanya tuh kayak terbang menuju langit, ketemu kingkong akrobatik lalu jatuh meluncur ke laut disambut oleh paus menggelinjang. Oke... gue korban iklan. Yang pasti saat itu gue cuma bisa menutup mata dan sesekali melihat pemandangan Jakarta dari atas sana.

2. Kicir-Kicir


Yap, dari namanya kita bisa meyimpulkan kalau wahana ini seperti bianglala yang cara kerjanya cuma berputar dari atas ke bawah sambil melihat pemandangan santai dari atas. Awalnya gue berpikir begitu, tapi semuanya berubah ketika pertunjukan dimulai. Di wahana ini gue diajak berputar-putar sampai 360 derajat ke segala arah di kursi yang diduduki. Cukup seru sih bagi yang suka adrenalin.

Sabar ya, bro.. Muternya gak lama kok, cuma 5 menit.

Jantung gue lagi-lagi diajak untuk merasakan sensasi yang luar bisa. Padahal belum 15 menit gue merasakan sensasi Hysteria yang sudah menghabiskan stok detak jantung. Dan lagi-lagi ketika gue naik, gue menutup mata dan diam seribu bahasa. Gue sama sekali gak bisa teriak seperti yang lainnya untuk menunjukkan ekspresi bagaimana kejamnya wahana ini. Dan gak seperti teman gue yang duduk pas samping gue. Ketika wahana Kicir-Kicir sedang berputar dengan kencang, dia berteriak, "MAMAAA!!! ADUUUH, UDAAAH DOOONG!!! KEPALA GUE UDAH PUSIIING!!! CUKUP!!! YAH, CELANA GUE BASAH". Kalimat terakhir cuma bercanda.

Tapi setelah gue dan teman-teman selesai naik Kicir-Kicir, kebanyakan muka masing-masing jadi terlihat pucat, perut terasa mual, dan kangen mama.

3. Roller Coaster Mini

Kenapa namanya 'Roller Coaster Mini'? Iya benar, karena gue lupa nama asli dari wahana ini. Pokoknya wahana ini berbentuk seperti kereta luncur dan ada jalurnya seperti Roller Coaster, cuma bedanya gak ada jalur yang berputar 360 derajat. Di wahana ini gue bisa teriak-teriak, gak seperti wahana-wahana yang udah gue sebutin di atas.

Mungkin kalau kalian ingin naik 'Halilintar', wahana ini bisa jadi pemanasannya.

4. Niagara


Wahana Niagara merupakan kereta luncur berbentuk perahu kayu yang mengikuti arus air. Di wahana ini gue dan teman-teman dituntut untuk basah-basahan. Kami mengantri cukup lama untuk menaikkinya. Setelah dapat giliran, gue langsung ngelepas kaos kaki dan sepatu. Iya, karena gue gak mau pas naik nanti kaos kaki dan sepatu gue jadi basah karena bisa-bisa menimbulkan bau yang mematikan.

Permainannya tuh dimulai dengan mengikuti arus air yang memasukki goa dan bertemu beberapa suku Indian salah gaul sambil teriak-teriak kayak lagi demo di depan Gedung DPR, kemudian klimaksnya adalah ketika kami naik ke lintasan arus yang tingginya mencapai sekitar 15 meter. And guess what? Air yang ada di lintasan langsung keluar menyiram kami gitu aja. Alhamdulillah, gue dan teman-teman gak kebasahan.

5. Arung Jeram


Seperti namanya, Arung Jeram, di wahana ini gue dan teman-teman menaikki sebuah perahu karet dan duduk di atasnya. Sama seperti Niagara, tapi bedanya ini lebih liar, arusnya juga lebih deras. Dan kali ini gue berhasil basah di bagian kaos dan celana jeans akibat goncangan arusnya.

6. Halilintar

Di wahana ini gue gak ikut naik, cuma beberapa teman gue aja yang masih punya banyak stok detak jantung yang dengan gagah berani menaikki wahana tersebut. Gue merasa kalau detak jantung gue saat itu udah di ambang batas gara-gara naik Kicir-Kicir. Iya, seandainya jantung gue bisa ngomong, dia mungkin bakal ngomong kayak gini, "Sudah cukup, Gung! Sudah. Aku gak sanggup lagi!".

Kira-kira ada berapa ya rodanya?

Yang duduk paling depan pasti jomblo.

Gue ngelihat orang-orang yang lagi naik Halilintar dari bawah aja jantung gue udah marasa deg-degan, apalagi kalau naik beneran. Gak bisa ngebayangin.

7. Pontang-Panting

Pasangan berbahagia saat itu. Gak seperti yang di bawahnya.


Biar jomblo yang penting bahagia. #Bullshit

Gigi ibu-ibunya bagus ya.

Setelah teman-teman gue selesai naik Halilintar, gue gak mau kalah untuk naik wahana yang gak begitu ekstrem. Karena tadi gue gak ikut naik Halilintar, gue memutuskan untuk naik wahana yang ada di dekatnya. Kalau gak salah namanya 'Pontang-Panting'. Di wahana ini, gue cuma merasakan rasanya diputar-putar secara kencang. Menurut gue sih seru. Tapi ada juga teman gue yang perutnya langsung mual habis naik ini.

8. Teater Simulator: Happy Feet

Itu penguinnya serasi ya.

Nah, buat kalian yang pernah nonton film 'Happy Feet' di TV pasti pada tahu gimana jalan cerita filmnya. Di Teater Simulator, gue dan teman-teman disuruh masuk ke dalam sebuah studio dan melihat sebentar film 'Happy Feet'. Kirain gue, di dalam sana cuma dikasih lihat tontonan aja, tapi ternyata kemudian kami disuruh masuk lagi ke dalam studio yang terdapat banyak kursi dan layar besar. Iya, selagi kami menonton Happy Feet di layar, nanti kursinya juga ikut gerak mengikuti arah yang ada pada layar tersebut. Seperti film 4D.

9. Rajawali


Gue merasa lagi-lagi kalau wahana ini udah terlalu bahaya untuk kelangsungan detak jantung gue. Jadi, gue gak ikut naik. Kalau dilihat dari wahananya sih kita cuma diajak berputar-putar di ketinggian sekitar 50 meter. Itu aja.

10. Kora-Kora


Ekspresi kebahagiaan menaikki Kora-Kora.

Setelah kami berjalan cukup lama karena bingung ingin menaikki wahana apa lagi, gue dan teman-teman memutuskan untuk menaikki Kora-Kora. Wahana ini berbentuk seperti kapal laut yang menggantung. Sensasi yang diberikan oleh Kora-Kora adalah ketika gue merasakan ayunan yang begitu tinggi. Jantung gue berasa seperti "deg-deg seeerrr~" pas ayunannya semakin kencang.

11. Bianglala


Hari semakin sore dan matahari pun hampir terbenam. Gue dan teman-teman memutuskan untuk menaikki Bianglala karena kami beranggapan kalau ketika kami naik dan berada di atas, kami bisa melihat pemandangan yang begitu indah... tapi ternyata... emang bener! Sumpah, keren banget pemandangannya, apalagi ditambah angin pantai yang begitu sejuk. Tapi... keindahan itu pun jadi terasa sia-sia karena kamu gak ada di sampingku. #SeketikaGalau.

Bagus-bagus ya kerudungnya..

Alfan lagi mules, makanya megangin kepala. *krik*


Pemandangan sunset di Jakarta yang terhalang gedung.

12. Komedi Putar


Malam telah tiba, gue udah merasa lelah. Gue ngelihat wajah teman-teman kalau mereka juga pasti udah pada kangen kasur di kamarnya masing-masing. Akhirnya untuk wahana terakhir, kami memilih Komedi Putar untuk dinaikki. Karena permainannya yang begitu imut itulah yang bikin gue jadi pusing dan tambah ngantuk.

Beberapa foto keren lainnya:















Well, I think that’s all I can say about my trip to Dufan. Sebenarnya masih banyak yang mau gue ceritain, tapi karena keterbatasan hasrat menulis, jadi cukup segini dulu ya postingan gue kali ini. Intinya sih tempat ini adalah tempat yang seru untuk dikunjungi.

Post a Comment

0 Comments
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.